PEDOMAN IT TEBASS


I. PENDAHULUAN


Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang banyak terjadi pada orang dewasa maupun anak. Pengobatan TB memiliki 2 tahapan yakni tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan. Tahapan intensif berlangsung sejak memulai pengobatan hingga 2 bulan. Tahap lanjutan sejak bulan ke-2 hingga bulan ke 6 atau lebih. Waktu pengobatan ini tergolong sangat panjang, sehingga banyak pasien TB berisiko untuk putus obat. Pasien TB yang putus obat beresiko gagal pengobatan atau tidak sembuh dan terjadi TB RO (resisten obat).


Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pemerintah telah merumuskan berbagai macam kebijakan pelayanan kesehatan melalui Peraturan Presiden (PERPRES) No 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Puskesmas menjadi ujung tombak pemerintah sebagai unit terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat maupun perorangan diharapkan mampu melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif tingkat dasar bagi lansia termasuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit TB.


Upaya kesehatan pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) TB merupakan salah satu program pelayanan di Puskesmas Cijayanti dalam bentuk usaha kesehatan perorangan (UKP) maupun melalui usaha kesehatan masyarakat (UKM). Pelayanan TB dalam UKP meliputi pelayanan konsultasi, tindakan, pembuatan rujukan serta edukasi kesehatan paru perorangan. Pelayanan TB dalam UKM berfokus pada pelacakan kasus dan edukasi kesehatan Paru melalui komunitas seperti di sekolah, posyandu dan industri diwilayah kerja.


Untuk melaksanakan pelayanan kesehataan TB yang terstruktur, petugas membuat terobosan dengan membuat inovasi. Inovasi pelayanan kesehan TB diberi nama TEBASS (Bersatu Memberantas Tuberkulosis Sampai Sembuh) yang didasarkan pada VISI Puskesmas Cijayanti yaitu Mewujudkan Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Cijayanti yang Mandiri untuk Hidup Sehat.


II. LATAR BELAKANG


Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberculosis masuk kedalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer. (Wijaya& Putri, 2018). Menurut World Health Organization (Global TB Report, 2023), TBC masih menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini.


TBC menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia setelah COVID-19 pada tahun 2023. Lebih dari 10 juta orang terjangkit penyakit TBC setiap tahunnya. Tanpa pengobatan, angka kematian akibat penyakit TBC tinggi (sekitar 50%). Secara global pada tahun 2023, TBC menyebabkan sekitar 1,30 juta kematian. Dengan pengobatan yang direkomendasikan WHO, 85% kasus TBC bisa disembuhkan. Jumlah orang yang baru didiagnosis sakit TBC secara global adalah 7,5 juta pada tahun 2023. Tiga puluh negara dengan beban TBC tinggi menyumbang 87% kasus TBC dunia pada tahun 2023 dan dua pertiga dari total global terjadi di delapan negara: India (27%), Indonesia (10%), Cina (7.1%), Filipina ( 7,0%), Pakistan (5,7%), Nigeria (4,5%), Bangladesh (3,6%) dan Republik Demokratik Kongo (3,0%). Pada tahun 2023, 55% pasien TBC adalah laki-laki, 33% perempuan, dan 12% adalah anak-anak (usia 0–14 tahun). Berdasarkan Global TB Report Tahun 2023, Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah beban kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh Cina. Dengan jumlah kasus TBC diperkirakan sebanyak 1.060.000 kasus TBC dan 134.000 kematian akibat TBC per tahun di Indonesia (terdapat 17 orang yang meninggal akibat TBC setiap jamnya(TBC Indonesia, 2024).


Tuberkulosis resistan obat (TB RO) masih menjadi ancaman dalam pengendalian TB dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di banyak negara di dunia. Secara global pada tahun 2019, diperkirakan 3,3% dari pasien TB baru dan 17,7% dari pasien TB yang pernah diobati merupakan pasien TB resistan obat. Pada tahun 2019, diperkirakan terdapat 9,96 juta insidens TB di seluruh dunia, dimana 465.000 diantaranya merupakan TB MDR/TB RR. Dari perkiraan 465.000 pasien TB RO tersebut, hanya 206.030 yang berhasil ditemukan dan 177.099 (86%) diobati, dengan angka keberhasilan pengobatan global 57%. Di Indonesia, estimasi TB RO adalah 2,4% dari seluruh pasien TB baru dan 13% dari pasien TB yang pernah diobati dengan total perkiraan insiden kasus TB RO sebesar 24.000 atau 8,8/100.000 penduduk.


Puskesmas cijayanti adalah satu puskesmas yang berada didaerah Kab Bogor Jawa Barat. Pada tahun 2021 kasus TB di puskesmas cijayanti berjumlah 35 kasus dengan penemuan kasus sebanyak 52 kasus. Kurang maksimalnya penemuan kasus TB terjadi karena tidak banyak masyarakat yang berobat dan mengabaikan gejala-gejala yang terjadi. Selain itu karena kasus Covid-19 membuat masyarakat takut untuk berobat ke puskesmas karena takut jika dirinya terkena Covid-19 dan harus menjalani isolasi. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan beberapa pasien yang berkunjung ke Puskesmas mereka tidak mengetahui tentang ciri-ciri penyakit TB.


Berdasarkan hal tersebut, petugas TB Puskesmas Cijayanti membuat inovasi yaitu Bersatu Memberantas Tuberkulosis Sampai Sembuh (TEBASS) dalam jangkauan yang lebih luas yaitu didalam dan luar gedung Puskesmas. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan penemuan kasus orang terduga TB diwilayah kerja puskesmas cijayanti dengan melibatkan lintas sektor, masyarakat dan sarana pelayanan Kesehatan (Jejaring & Jaringan) Puskesmas.


III. PENJARINGAN


IDE Puskesmas Cijayanti sebagai salah satu puskesmas rawat jalan yang ada di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas cijayanti adalah 2 desa yaitu Desa Cijayanti dan Desa Bojong Koneng. Batas- batas Wilayah Kerja Puskesmas Cijayanti:


Sebalah Utara        : Desa Babakan Madang Kecamatan Babakan Madang

Sebelah Selatan    : Desa Gunung Geulis Kecamatan Sukaraja

Sebelah Barat        : Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja

Sebalah Timur       : Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang     



Gambar Peta 


Berdasarkan hal diatas, Pelayanan Kesehatan TB sangat diperlukan untuk mencegahan dan mengendalikan penyakit TB. Saat terjadi pandemi covid-19 diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kemudian diikuti dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), mobilitas masyarakat menjadi sangat terbatas sehingga berimbas pada menurunnya jumlah penemuan kasus TB di masyarakat. Oleh karena itu, program TB Puskesmas Cijayanti merasa perlu untuk melakukan inovasi agar cakupan penemuan kasus TB khususnya di wilayah kerja Puskesmas Cijayanti meningkat.


Pada tahun 2021 selama terjadi pandemi covid-19 kunjungan pasien ke puskesmas mengalami penurunan. Selain itu adanya PSBB membuat penemuan kasus TB di masyarakat juga tidak bisa dilakukan. Hal ini berdampak pada kurangnya penemuan kasus TB. Pertimbangan penyuluhan Kesehatan paru (TB anak) disekolah, Puskesmas dan posyandu sudah dilakukan, namun kurang berhasil karena sekolah menerapkan system pembelajaran online, kunjungan anak ke puskesmas dan posyandu masih menurun karena orang tua takut anak tertular covid-19 sehingga penemuan kasus tidak bisa dilakukan.


Berdasarkan hal diatas, untuk menjangkau dan mempemudah pelayanan TB di masyarakat, petugas membuat terobosan terbaru dalam melakukan pelayanan TB. Salah satu kegiatannya adalah membuat grup bersama kader, perangkat desa dan PMO. Hal ini belum pernah dilakukan, karena biasanya komunikasi dilakukan hanya perseorangan. Grup ini diharapkan dapat mempermudah akses kader kesehatan, perangkat desa dan PMO untuk membantu penemuan kasus TB di masyarakat.


IV. PEMILIHAN IDE


Setelah mempertimbangkan berbagai ide dan masukan yang ada, Petugas Program TB berkomitmen dengan lintas sektor dan lintas program dalam meningkatkan penemuan kasus TB dengan menerapkan TEBASS (Bersatu Memberantas Tuberkulosis Sampai Sembuh). 


Petugas bekerja sama dengan kader TB untuk menjaring kasus TB diluar puskesmas. Mengingat banyaknya orang yang mengabaikan gejala-gejala penyakit TB maka peran kader sangat dibutuhkan untuk menjaring penemuan suspek TB di luar gedung puskemas. Pasien yang terjaring akan masuk kedalam grup whatsaap untuk mempermudah proses komunikasi dan memberikan informasi hasil laboratorium TB. Bila hasil negatif maka pasien akan dikeluarkan dari grup dan jika hasil positif maka pasien akan dipindahkan kedalam grup lain. Anggota dalam grup TEBASS bisa diwakilkan oleh orang yang tinggal serumah dengan pasien. Hal ini dilakukan untuk menjaga pasien untuk tidak tertekan jika ada hal-hal yang dapat memicu stress. Dalam grup TEBASS akan dilakukan pemantauan minum obat, informasi jadwal pengambilan obat, informasi kesehatan serta konsultasi kesehatan.


V. TUJUAN DAN MANFAAT 


1. Tujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dengan cara memutuskan mata rantai penularan sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Khusus

    a. Tercapainya angka kesembuhan minimal 100% dari semua penderita baru BTA positif yang ditemukan.

    b. Meningkatkan cakupan penemuan penderita secara bertahap minimal dapat mencapai 90% dari perkiraan semua penderita baru BTA positif.

    c. Mengurangi pasien TB Mangkir.


VI. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Kegiatan Pokok

Penyuluhan, Penjaringan Suspek TB, Pemberdayaan kader TB, Perangkat Desa dan PMO (Pengawas Minum Obat).

2. Uraian Kegiatan

    a. Penentuan media penyuluhan kesehatan kepada masyarakat wilayah kerja puskesmas cijayanti melalui call center dan instagram.

    b. Sosialisasi grup TEBASS dengan lintas program dan lintas sektor

    c. Sosialisasi grup TEBASS dengan kader TB, PMO dan perangkat desa

    d. Sosialisasi pelayanan TB melalui grup TEBASS kepada masyarakat

    e. Penjaringan suspek TB lewat grup TEBASS oleh kader TB dan perangkat desa

    f. Pengawasan minum obat TB melalui grup TEBASS dengan PMO

    g. Pelayanan edukasi komunitas lewat grup TEBASS dilakukan oleh PMO

    h. Pelaporan kasus TB melalui grup TEBASS

    i. Monitoring dan evaluasi kegiatan TEBASS melalui grup 


VII. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Perencanaan

a. Melakukan advokasi kepada Kepala Puskesmas Cijayanti.

b. Melakukan Rapat Lintas program dan lintas sektor untuk menentukan teknis kegiatan dan penandatanganaan lembar komitmen.

c. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat di wilayah kerja.

2. Pelaksanaan

a. Kader TB

    1) Melakukan investigasi kontak TB

    2) Melakukan penjaring suspek TB

    3) Melakukan pemantauan minum obat

    4) Melaporkan kegiatan setiap bulan 

b. Jejaring dan Jaringan

    1) Melaporkan penemuan kasus kontak terkonfirmasi TB dilapangan

    2) Melakukan skrining TB di fasilitas kesehatan masing-masing 

    3) Melaporkan hasil skrinning setiap bulan

c. Petugas TB

    1) Untuk temuan dilapangan di lakukan pelayanan pada hari selasa baik dalam memberikan konsultasi, edukasi, pengobatan, pemeriksaan lab dan rujukan dengan cara mendaftar dibagian poli TB.

    2) Setelah pasien dilayani dan membutuhkan pemeriksaan Lab BTA mikroskopis petugas akan merujuk ke puskesmas rujukan. Jika hasil negative maka pasien akan diebrikan edukasi.

    3) Jika hasil pasien positif, maka petugas akan melakukan edukasi dan memasukan identitas kasus TB ke dalam SITB.

    4) Petugas akan melaporkan pada kader TB untuk dilakukan pemantauan dan investigasi kontak erat pasien TB.

    5) Petugas akan memasukkan keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan pasien kedalam grup TEBASS untuk memantau kepatuhan minum obat dan pemantauan kondisi pasien TB.


VIII. SASARAN 


Sasaran adalah seluruh masyarakat di wilayah Puskesmas Cijayanti.


IX. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Tahap Inovasi

2. Jadwal Kegiatan

Pelayanan TEBASS dilakukan sepanjang tahun kepada sasaran yang sudah ditentukan dalam RUK dan RPK Program TB Puskesmas Cijayanti di tahun berjalan.


X. BIAYA


Pelaksanaan TEBASS mengacu pada anggaran P2P menggunakan Dana BOK.


XI. MONITORING EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Monitoring Evaluasi dilakukan Setiap bulan oleh penanggung jawab program dan dilakukan juga oleh tim mutu Puskesmas Cijayanti terhadap ketercapaian cakupan SPM orang terduga TB. Pelaporan pelaksanaan harus disusun pada tiap akhir kegiatan evaluasi. 


XII. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan Pelaporan:

1. Catatan skrining, pengobatan, pemeriksaan laboratorium,rujukan, dilakukan setiap bulan..

2. Dilakukan pelaporan hasil pengukuran kinerja setiap bulan oleh Penanggung Jawab Program ke koordinator UKM dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.

3. Pelaporan tahunan hasil analisis PKP oleh Dinas Kesehatan.